SELAMAT DATANG DI BUKU HARIAN DESTA ADITYA RAMLANI. SEMOGA ANDA MENDAPATKAN APA YANG ANDA INGINKAN. JANGAN LUPA ISI KOMENTAR ANDA ATAU BUKU TAMU. TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA......................... Desta Aditya Ramlani: Sejarah dan Keajaiban Air Zam-zam

Sabtu, 02 Mei 2009

Sejarah dan Keajaiban Air Zam-zam


Oleh: Ibu Hj. Susilawati

Siapapun tidak akan merasa kenyang oleh tegukan air Zamzam yang penuh berkah. Bena kita akan selalu mengingat akan kisah terpancarnya air Zamzam. Demikian air Zamzam yang dianggap sebagai salah satu unsur terpenting di dalam Masjidil Haram. Sumur air Zamzam terawatt di muka bumi karena kedudukannya, akna istimewa dan keterkaitannya yang erat dengan kelestarian kaum Muslimin secara umum, dan jamaah haji dan umrah secara khusus. Tentunya bersama kedudukannya sebagai sumur penuh berkah yang dipancarkan oleh Malaikat Jibril alaihissalam mengiringi Ismail dan ibunya Siti Hajar ketika suaminya Ibrahim AS meninggalkannya di lembah yang tidak ada pepohonan dan air. Di saat kehabisan perbekalan dan air Siti Hajar kemudian mencari sambil lari-lari antara Shafa dan Marwa sambil memohon pertolongan di puncak bukit terjauh. Ketika ia merasa putus asa dari pertolongan makhluk, maka Allah dengan segala keutamaan dan rahmat-Nya memberi pertolongan.

Kisah Sumur Zamzam

Munculnya sumur Zamzam terkait dengan kisah Nabi Ibrahim AS yang menginginkan Hajar. Tapi Hajar meminta syarat kepada beliau supaya ia tidak menyembunyikannya. Maka Ibrahim pun menyetujui syarat tersebut, tetapi setelah timbulnya kecemburuan dari istri pertamanya Sarah, maka Ibrahim pun membawa Siti Hajar dan anaknya Ismail ke Makkah al-Mukarramah. Dengan harapan supaya Siti Hajar memulai hidup bersama anaknya Ismail. Kisah munculnya sumur Zamzam diawali ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk berjalan dari negeri Syam menuju negeri Haram dengan mengendarai Buraq sambil membawa anaknya Ismail yang masih berumur kurang dari dua tahun. Ismail kala itu masih disusui oleh ibunya. Hajar pun berjalan di belakang Ibrahim dan Ismail. Mereka berjalan atas bimbingan Malaikat menuju Baitul Haram.Seketika Ibrahim beserta istrinya tiba di Makkah Mukarramah tepat di atas sumber air Zamzam. Ibrahim pun hendak meninggalkan istri dan anaknya. Di saat kepergiannya, Siti Hajar bertanya: “Apakah Allah yang memerintahkan semua ini?”. Ibrahim menjawab: “Ya”. Kemudian Siti Hajar berkata lagi: “Jika demikian, Allah tidak akan membiarkan kami”. Siti Hajar pun kembali ke tempat Ibrahim meninggalkannya. Ibrahim pun kemudian pergi, ketika sampai ke sebuah bukit, Ia pun berdoa kepada Allah sambil mengangkat tangan seraya berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau. (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. Siti Hajar kemudian menetap di sana. Menyusui anaknya dan meminu air perbekalan apa adanya. Di saat perbekalan airnya habis, air susunya pun mengering. Siti hajar dan anaknya Ismail sama-saa merasa kehausan. Karenanya Ismail mulai merengek karena kehausan. Siti Hajar tidak memiliki sesuatu apapun untuk menghentikan rengekan anaknya. Ia pun kemudian lari-lari dengan harapan mendapatkan tetesan air untuk mengobati rasa haus anaknya. Ia khawatir terjadi sesuatu terhadap anaknya sehingga membuat ia sedih akan kondisi buah hatinya. Ia naik ke bukit Shafa, berdiri di puncak bukit, melihat-lihat sambil berharap ada seseorang. Kemudian Ia turun dari bukit Shafa hingga pada saat di tengah lembah Ia berdoa kepada Allah sambil berlari-lari antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali. Tiap kali samapi ke bukit, Ia selalu melihat-lihat dengan harapan melihat seseorang yang akan membantu anaknya dengan tanpa pamrih. Ketika Ia meninggalkan Marwa hendak melihat anaknya, tiba-tiba Ia mendengar seruan Malaikat yang diutus oleh Allah. Siti Hajar pun berkata: “Saya mendengar suaramu, jika kamu orang baik maka tolonglah aku”. Maka kemudian Jibril memukul tanah, dengan seketika airpun terpancar hingga aliran airnya mendekati Ismail. Ketika Siti Hajar melihat aliran air itu muncul dari dekat kaki anaknya, Ia pun kemudian mencari sumbernya hingga air nampak. Siti Hajar kemudian meciduk air itu dengan tangannya sambil meneguk air itu seraya berkata: “Zam-zam” berulang-ulang. Ia pun menyusui anaknya Ismail. Malaikat berkata: “Jangan khawatir akan kekeringan, karena tempat ini adalah rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan bapakya. Dan Allah tidak akan membiarkan keluargranya”.Asalnya Ka`bah adalah gundukan tanah seperti dakian. Ketika aliran air melewatinya, maka lama kelamaan, bagian kiri dan kanannya semakin terkikis. Kemunculan air Zamzam terjadi kira-kira 2572 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, menurut hitungan Hijriah, kemunculan Air Zamzam terjadi 4000 tahun yang lalu. Dikisahkan, sekelompok kaum Jurhum melewati kawasan lembah Makkah melalui satu jalan. Mereka melihat seekor burung berputar-putar mengelilingi tepat di atas suur Zamzam. Mereka berkata: “Burung ini sedang berputar-putar mengelilingi sumber air yang kita cari. Maka kemudian mereka mengutus satu dua orang. Setelah utusan tadi mendapatkan sumber air itu, maka mereka menginformasikan kepada kaumya tentang adanya air. Mereka pun kemudian memohon izin kepada Siti Hajar sambil berkata: “Apakah Anda memberi izin kepada kami untuk mengambil air?”. Siti Hajar menjawab: “Ya, silahkan!”. Maka mereka pun mengambil air sampai pada akhirnya diketahui Siti Hajar adalah dari kaum mereka. Ismail pun tumbuh menjadi pemuda, belajar bahasa Arab, hingga di kemudian hari Ismail menikahi salah seorang wanita dari kau mereka.

Sejarah Penamaan

Sebab penamaan sumur mata air Zamzam dengan nama “Zamzam” disandarkan pada airnya yang banyak. Dikatakan dalam riwayat lain karena terkumpulnya air itu. Siti Hajar mengungkapkan: “Zam-zam” yang bermakna “berkumpullah wahai yang penuh berkah”. Maka air itu berkumpul sehingga kemudian disebut Zam-zam. Dikatakan pula karena Siti Hajar mengumpulkan tanah dengan tujuan supaya air tidak mengalir ke kiri kanan. Air Zam-zam juga mempunyai banyak nama, sesuai dengan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Di antaranya Zamzam, Rukhdlah Jibril, Zumzam, Hamzah Jibril dan Hamzah Malik. Rukhdlah dan Hamzah adalah nama minuman Allah untuk Ismail. Dinamai juga dengan Syuba`ah, Biroh, dan Thoyyibah. Galian sumur Zamzam dilakukan oleh Abdul Muththalib setelah terjadinya pembinasaan terhadap kaum Gajah. Merujuk kepada seruan dalam mimpinya yang berkata: “Galilah Zam-zam”. Suara itu kemudian muncul kembali: “Galilah Zamzam antara kotoran dan darah di kawasan lubang gagak putih di kampong An-Naml yang menghadap Al-Anshab wal Hamr”. Ketika Ia terbangun maka Ia langsung pergi menuju Masjidil Haram. Ia duduk di sana,. Dia pun melihat apa yang diimpinkannya. Maka kemudian ia menyembelih seekor sapi betina di daerah Al-Hazurah. Al-Hazurah adalah nama sebuah pasar pada zaman Jahiliah. Sapi betina itu kemudian lari meninggalkan tempat penyembelihan dan mati di Masjidil Haram tepat di atas sumur Zamzam. Sapi itu disembelih kembali di tempatnya sehingga ketika dagingnya diangkat maka hinggaplah seekor gagak pada darah sembelihan. Lebah juga berkumpul di sekeliling tempat itu. Setelah Abdul Muththalib menggali di tempat itu, datanglah kaum Quraisy sambil bertanya: “Apa yang sedang engkau lakukan, kenapa menggali di Masjid?”. Abdul Muththalib menjawab: “Aku akan menggali sumur di sini dan akan melawan siapa saja yang menghalangiku”. Maka Ia dan anaknya Harits mulai menggali. Kala itu Ia tidak mempunyai anak keculai satu orang saja. Orang-orang kemudian menghina, menghalangi dan mencoba membunuh mereka. Sebagian mereka melarang dan mencaci ketika diketahui di sana ada barang peninggalan kuno. Maka Abdul Muththalib bernadzar (berjanji) bahwa jika dikaruniai 10 (sepuluh) orang anak laki-laki maka ia akan menyembelih salah satunya. Penggalian diteruskan hingga dia menemukan sebilah pedang yang terbuat dari emas di kawasan Zamzam. Ketika kaum Quraisy mengetahuinya, mereka lantas berkata: “Apakah kami akan mendapatkan bagian dari apa yang engkau temukan?”. Abdul Muththalib menjawab: “Pedangn Ini milik rumah Allah”. Ia meneruskan penggalian hingga air itu muncul dari sumbernya kemudian ia membuat sebuah bak yang besar. Abdul Muththalib dan anaknya mulai mengisinya. Jemaah hajipun kemudian meminum darinya. Orang-orang Quraisy memecahkannya pada waktu malam, kemudian Abdul Muththalib memperbaikinya di waktu pagi. Ketika sudah terlalu banyak kerusakan pada bak itu. Abdul Muththalib kemudian berdoa kepada Tuhannya hingga ia kemudian mendengar suara dalam mimpinya: “Ya Allah, aku tidakmenghalalkannya untuk keperluan mandi, tapi air itu halal untuk minum”. Ketika tba waktu shubuh. Abdul Muththalib menyeru di dalam Masjid dengan seruan mimpinya. Kemudian dia pergi. Setelah itu, tidak ada seorangpun dari kaum Quraisy yang merusak bak kecuali fisiknya ditimpa dengan penyakit, akhirnya mereka pun tidak merusaknya kembali. Abdul Muththalib kemudianmenikah lagi hingga diakaruniai 10 orang anak laki-laki. Sesuai nadzarnya, Ia ingin menyembelih salah satu anaknya. Untuk menentukan siapa di antara anaknya yang akan disembelih, Ia pun mengundi semua anaknya. Ketika undian itu menentukan Abdullah (Ayah Nabi Muhammad SAW), dia pun mengulangi undian itu sampai sepuluh kali. Namun semua undian itu selalu menentukan Abdullah. Karena Abdullah anak kesayangannya, pada akhirnya dia mengganti Abdullah dengan 100 ekor unta. Dimana letak sumur Zamzam? Sumur Zamzam terletak di dekat Ka`bah. Saluram-saluran pintu air itu di bawah tempat thawaf dengan kedalaman 157 cm, tepatnya di belakang maqam Ibrahim sebelah kiri dari arah berdiri menghadap Ka`bah. Terdapat batu bulat bertuliskan “Air Sumur Zamzam” tulisan Arab. Batu itu sebagai tiang dengan pintu pembuka sumur di atasnya. Air Zamzam terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah bagian yang dibangun dengan kedalaman mencapai 12,80 meter. Bagian kedua adalah bagian yang digali di kawasan Shakhrul Jabal dengan panjang 17,20 meter. Terdapat tiga mata air saluran air Zamzam. Satu mata air terletak di arah Ka`bah arah Rukun. Dari sanalah pancaran air yang paling besar. Kemudian mata air di kawasan guunung Abu Qubais dan Shafa. Mata air satunya terletak di arah Marwa. Semua mata air tersebut posisinya 13 meter dari dataran pintu sumur. Posisi tersebut terus berjalan dalam kurun waktu yang lama dengan 2 (dua) bak. Kolam pertama berada di antara sumber air Zamzam dan rukun Ka`bah dengan fungsi untuk minum saja. Sedangkan yang kedua berada di belakang yang dipergunakan untuk wudlu. Ke arahnya ada saluran untuk aliran air dengan tanpa penutup hanya berupa suber mata air yang dielilingi dengan benteng-benteng dari batu bangunan yang ringan. Kondisi tersebut berlanjut hingga tibalah masa Khalifah Abbasyiah Abu Ja`far Al-Mansur yang diangap sebagai pelopor peretama pembangunan atap mata air Zamzam pada tahun 145 H. Sedangkan orang yang pertama kali membangun mata air Zamzam, jendela serta lantai dengan batu pualam (marmer) adalah Amirul Mukminin Abu Ja`far pada masa kekhalifahannya. Kemudian diikuti oleh Khalifah Al-Mahdi. Pernah juga batu sumur air Zamzam itu diatapi dengan kayu dan pepohonan pada zaman Umar bin Parj dan dipakaikan kubah kecil dengan mozaik. Pada tahun 160 H, Khalifah Al-Mahdi memperbaharui bangunan sumur air Zamzam dengan membangun sebuah kubah besar besar dari di atas batu tempat minum menggantikan kubah yang kecil. Kemudian pada tahun 220 H oleh Khalifah Abbas Al-Mu`tashom diperbaharui kembali dengan menggunakan marmer.

Perbaikan Sepanjang Sejarah.

Karena air Zamzam merupakan salah satu unsur terpenting di dalam Masjidil Haram, senagai sumur terkenal sedunia. Tekandung juga di dalamnya makna ruhi dan keterikatannya yang kuat atas eksistensi kaum Muslimin secara umum dan jamaah haji dan umrah secara khusus. Maka wajar bila sumur Zamzam perlu pengurusan dan perbaikan yang serius. Diantara perbaikan terpenting ialah ketika sumur Zamzam dibangun setelah terjadi kebakaran pada malam ke 28 Syawal tahun 802 H di masa Mamalik pada masa kekuasaan Sultan Nasir Farj bin Barquq. Dibangun juga kubah sumur Zamzam atas perintah Qadhi Makkah Jamaluddin Muhammad bin Abu Dzahirah pada tahun 815 H. Marmer sumur Zamzam pernah diperbaharui pada masa Sultan Qoitiba pada tahun 884 H. Adapun pada masa Kesultanan Utsmani telah terjadi perbaikan bersar-besaran. Beberapa kali sumur Zamzam diperbaiki terutama pada masa Sultan Sultan Salim II pada tahun 982 H. Kubah Zamzam juga pernah diperbaiki oleh Sultan Ahmad pada tahun 1201 H. Kemudian pada masa Sultan Ahmad Robi` pada tahun 1083 H yang dilanjutkan dengan perbaikan yang lain oleh Sultan Hamid I pada tahun 1187 H. Kemudian dibangun kubah terbesar oleh Sultan Abdul Hamid II pada tahun 1300 H yang dikerjakan oleh Ir. Sayyid Muhammad Shaddiq. Kemudian pembangunan diulangi dari awal jauh berbeda dari bentuk sebelumnya. Tiada lain renovasi tersebut adalah pada zaman sekarang. Dengan pertimbangan karena bangunan lama terletak dekat dengan Ka`bah sehingga menghalangi pergerakan Thawaf karena banyaknya jumlah jamaah haji. Penyaluran air Zamzam telah disempurnakan ke tempatnya yang baru di bagian Timur Masjidil Haram melalui motor air dan pipa penyalur. Tempatnya dikhususkan masing-masing untuk laki-laki dan perempuan. Akhirnya, meski air Zamzam telah berusia ribuan tahun, namun airnya tetap mengalir untuk minum, bersuci dan berobat hingga airnya tetap diteguk oleh Ahlul Makkah dan sekelilingnya serta Madinah. Begitu juga Jamaah Haji dan umroh. Manusia membawanya ke negeri-negeri mereka. Ini suatu tanda kekuasaan Allah yang terus hadir diantara kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar